Perihal Menikmati Hidup

Hidup akan terasa nikmat bila ada makna yang kita cari atau kita peroleh ada dan secara nyata kita sadari kehadirannya. There is no standardized quantity or quality to measure any kind of life satisfaction but a fact that it is subjective. Ketika kita beraktivitas atau menghabiskan waktu bersama orang lain, melakukan sesuatu yang menghasilkan benda atau keadaan konkrit (memasak bakso ikan, menyetrika), berjalan kaki di senja hari bersama matahari temaram, menikmati tawa lepas kekasih…dan hal-hal remeh lainnya benar-benar bisa menjadi suatu kualitas kebahagiaan.

How a matter can give a meaning for somebody meanwhile another one even doesn’t heed? Letaknya mungkin pada penghayatan, kesadaran, tujuan sekaligus wawasan dan kebebasan berpikir yang dimiliki seseorang. With another words I can say that the way they see as the way they are atau the way they are as the way they see themselves. Dengan demikian kuantitas bahkan kualitas tidak lagi jadi ukuran.

Sekarang, bagaimana cara kita untuk dapat lebih memaknai hidup yang sebenarnya biasa-biasa ini? As a matter of fact, “ordinary life is a pretty complex stuff”. Kata-kata ini saya pinjam dari Harvey Pekar, penulis komik bawah tanah di negara londo Amerika sana. Ah, these words lead me to Kang Jiwo Tejo. He said, ordinary life is a complicated thing. Pacar merayu pacarnya, anak minta duit sama ibunya, suami takut pulang karena setoran hari ini kurang, kipas angin rusak, selot pintu mulai kocak ... … …pokoknya jauh lebih rumit dari proker 100 hari pada menteri kabinet SBY jilid 2.

Ketika kita menyadari posisi diri kita di muka bumi ini, maka disanalah makna hidup kita maujud. Become a master in our life. Mastering our life by answers these questions; who am I? What’s life for? Where will I go? …sort of… Hidup akan punya makna penuh, sebagaimana Gusti Allah memerintahkan kita untuk mampir ke dunia (sebentar saja) menjadi rahmatan lil alamin (meniru-niru Kanjeng Nabi). How we make a balance between our duty and our desire ? Konon, siapa diri kita diukur berdasarkan empat jalinan relasi diri. First, our bond with God, second, our relation with universe, third, our attachment with others and the last (but not the least) is our tie between I and me.

Maka, nikmat dan makna hidup adalah sesuatu yang sederhana, sesuatu yang pasaran (bisa kita cari kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja). It needs action and reflections, both at the same time. Hidup akan terasa penuh sehingga kapanpun kita mati, karya terbaiklah yang telah kita persembahkan. So, relax, enjoy your time, thanks to God for our life.

Semaian Pertama (dan kedua)

31 Oktober 2009, hari pertama saya menyemai. Beranjak dari sesuatu yang siap untuk bergerak, menggeliat dari tidurnya yang panjang. Musim semai tiba, musim untuk bangun dari tidur setelah sekian lama waktu dihabis-habiskan untuk berhibernasi, merenung, ngalamun or anything.
Manusia yang selalu mencari makna akan tergelitik dengan penerjemahan terhadap realitas yang tampak di matanya, lalu dicari-carikanlah arti, digathuk-gathukno dengan sesuatu yang telah lewat atau sesuatu yang akan menjelang, sarana kontemplasi atau ramalan (padahal lebih banyak self-fulfilling prophecynya). Seperti saat ini contohnya, semaian pertama saya di blog-kami-bertiga-yang-keren ini, saya tulis di hari terakhir bulan Oktober. You know, it’s Halloween!

(tersampaikan tanggal 4 Nopember)
 
langit, bumi, dan awan Blog Design by Ipietoon