PADA SEBUAH LAHAN

BY : nINa

“Sabdo teko cipto dadi, wong Jawa sing dadi jawabe”. Kata-kata wejangan Pak Imani tadi siang masih terngiang-ngiang di telingaku, apalagi saat sendiri begini,...

Beliau berkata “Ati-ati lek njawab” (hati-hati kalau berucap), manusia itu dijatah oleh Gusti Allah dalam sehari semalam untuk “mandi ucape” (terwujud kata-katanya). Wis to,...sak bodho-bodhone menungso, mesti tembunge diaijabahi karo Gusti ing sadina sawengine.“

Hati-hati dengan ucapan kita sehari-hari, kadang-kadang kita tidak sadar dengan apa yang sudah kita ucapkan.
Seringkali Kita sebagai orang tua terutama ibu kadang-kadang “sok ngersula” (mengeluh) menghadapi anak-anak,
“anak kok bandel, anak kok nakal, anak kok dan sebagainya dan sebagainya”.

Akan banyak ibu yang kecewa dengan anaknya, padahal sudah merasa bener dalam hal nyeyuwun marang Gusti, ning dadine malah kuciwa.

Misalnya sedang emosi, marah-marah anaknya di katai (jawa: di sedakne, di sabdo) “bocah kok….Nakal ra jamak, koyo dhemit!!!”
hehehe Sama-sama emosi mbok yang bener..
“bocah kok puinter, mengko dadi Presiden lak mboh lho,..”

hati-hati…dengan kengersuloan yang sering kita ucapkan,
“urip kok rekoso terus yo..”
kalau bisa mbok jangan begitu, sama-sama sambat ngersula mbok sambat yang baik, “kebejan temen to yo uripku…” (hidup kok beruntung terus,...)

“Ada momen khusus dalam sehari semalam yang membuat apa yang kita ucapkan itu terkabul, pertama disaat kita panik, marah,..dan kedua disaat kita “nggarantes”, atau nelangsa, sangat bersedih dan terpuruk.

“Belum lagi apabila manusia yang mempunyai kelebihan-kelebihan, Manusia ada yang punya jatah Ratu, ada yang punya jatah Wiku, jatah Nabi, punya jatah Wali apalagi Pandhita Ratu menyatu.
Jangan sembarangan…mengucap ke sesama manusia, apalagi ke diri sendiri, hati-hati berucap ke sesama manusia, apalagi bila kita menyakiti hatinya, setiap insan diberi kelebihan ucapannya akan terkabul.”

Hmm,...saya manggut-manggut,...entah berapa kali saya menggerakkan kepala saya manggut2 sendiri,..

Pelajaran yang sangat berarti, pertama pengendalian diri dan emosi, mau emosi saja harus di tata dulu kata2 yang dikeluarkan, karena harus sibuk menyusun kata2 indah dulu maka kita jadi berpikir, dengan berpikir maka emosi kita akan terkendali, jadi tidak jadi ada acara marah,...hehe sebuah proses yang sederhana.

Yang kedua syukur, disaat kita merasa terpuruk kita dipaksa untuk mensyukuri apa yang sudah kita terima, ucapan yang baik adalah doa, ucapan jelek juga doa, dari pada keluarnya jelek mendingan yang baik saja,..

Ah,..Mumpung lagi nggrantes,....
”Duh Gusti Allah...betapa beruntungnya saya,..”

Buluredjo, 28 oktober 2009

Kampung Halaman

By: Isma

Matahari perlahan bergerak ke arah barat. Cahayanya tidak lagi menyengat tepat di atas kepala. Angin bukit berhembus sepoi-sepoi, menggerakkan pucuk-pucuk daun ketela di ladang milik penduduk. Beberapa orang petani masih asyik dengan tanah garapan mereka. Meski matahari sudah mulai bersembunyi di balik bukit. Menunjukkan siang telah berganti dengan sore.

“Aku pulang dulu ya, Mak!” teriak Wintolo dari pematang ladang.
“Ya. Hati-hati!” jawab Mamak Wintolo.

Dan bocah berusia sebelas tahun itu segera meninggalkan ladang. Dengan lincah ia berlari-lari kecil menyisir tepi bukit. Ia melewati jalan setapak yang naik turun. Sesekali kakinya yang tak beralas menginjak batu bukit. Tapi injakan itu tidak menyisakan rasa sakit pada kakinya. Ia sudah terbiasa. Dan lagi, memang begitulah kampung halamannya. Sebuah dusun dengan seribu bukit.

Di dusun Koro, tempat Wintolo lahir, hampir tidak ada tanah datar yang membentang luas. Sejauh mata memandang, gundukan bukit berbatu kapur tampak berdiri dengan angkuh. Bentuknya seperti beton semen, menyerupai benteng kerajaan. Jika malam datang, bukit-bukit itu akan tampak seperti bayangan raksasa hitam yang menyeramkan. Pada masing-masing bukit biasanya ada rongga seperti goa. Orang-orang dusun menyebutnya luweng.

.......
pada saatnya cerita ini akan aku lanjutkan, tentang kerah-kerah yang mencipta langit, bumi, dan awan.
 
langit, bumi, dan awan Blog Design by Ipietoon